Hari ini :

Pelaku UMKM Perlu Sadar Teknologi

Menggunakan teknologi sangat membantu pengembangan usaha, terutama dalam menekan pos-pos pengeluaran.

Masihkah Anda ingat dengan Muhammad Yunus, ekonom dan bankir asal Bangladesh, yang menjadi pemenang Nobel Perdamaian pada 2006 lalu? Komite Nobel menyerahkan penghargaan bergengsi tersebut kepadanya karena pertimbangan bahwa ia banyak membantu memberdayakan penduduk miskin di negerinya dengan memberikan pinjaman lunak.

Komite yang berpusat di Norwegia itu memandang tindakan Muhammad Yunus merupakan langkah konkrit untuk menyelesaikan masalah kemiskinan yang selama ini menjadi sumber dari banyak perselisihan. Dengan mendirikan Grameen Bank, Yunus membuat model ekonomi yang menyediakan akses kepada kaum miskin untuk mengakses pinjaman ke bank untuk digunakan sebagai modal usaha.

Yunus memprioritaskan kepada kaum wanita yang selama ini kerap rentan terhadap kekerasan dan orang-orang termiskin yang tidak memiliki lahan. Hasilnya, kaum miskin memperoleh akses pinjaman modal dengan mudah dan produktivitas masyarakat meningkat.

Peranan sektor ekonomi kreatif dalam menjadi penggerak sistem perekonomian negara tidak hanya terjadi di Bangladesh tapi juga di Indonesia.

Istilah ekonomi kreatif pertama kali didengungkan tokoh bernama John Howkins, penulis buku Creative Economy, How People Make Money from Ideas. Selain sebagai pembuat film dari Inggris, ia juga aktif menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintah Inggris sehingga banyak berpartisipasi dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi kreatif di kalangan pemerintahan negara-negara Eropa.

UKM di Indonesia

Peranan sektor ekonomi usaha kreatif melalui usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia semakin menunjukkan peranan nyata setelah mampu bertahan dalam hempasan badai krisis ekonomi tahun 1998. Di tengah maraknya berbagai lembaga pembiayaan, khususnya bank yang mengalami likuidasi karena kredit macet, sektor usaha ekonomi mikro justru mampu bertahan dan turut menggerakkan perekonomian rakyat.

Peran sektor UMKM dalam menyerap tenaga kerja juga sangat signifikan. Selama 2004, sektor UMKM mampu menyerap hampir 97 persen tenaga kerja yang tersedia.

Pada 2009, pertumbuhan UMKM diprediksi mencapai 10 persen. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat krisis keuangan global yang membuat para pekerja beralih profesi menjadi wirausahawan dengan mendirikan UMKM.

Menurut Setiawan Sudarmaji, general managerBisnis Mikro PT Bank Bukopin Tbk, SDM berkualitas baik berperan sebagai faktor utama keberhasilan mengembangkan usaha di sektor UMKM.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, jumlah populasi di Indonesia yang mampu memperoleh gelar sarjana hanya sekitar tiga persen saja. ‘’Selebihnya merupakan lulusan sekolah menengah atas atau bahkan lebih rendah lagi. Masyarakat dengan pendidikan minim sangat berpotensi untuk bekerja di sektor UMKM karena itu memerlukan pengembangan kemampuan yang lebih baik lagi,’‘ paparnya.

Membekali para pengusaha UMKM dengan kemampuan Bahasa Inggris, komputer, dan administrasi yang baik akan mampu meningkatkan kulitas SDM pada sektor ekonomi ini.

Senada dengan Setiawan, Direktur PT Zahir Internasional, Jakarta, Muhamad Ismail mengemukakan, kualitas SDM menjadi salah satu poin terpenting dalam pengembangan dan pengelolaan usaha di sektor ekonomi riil. ‘’Saat ini masih banyak sekali para pengusaha UKM di Indonesia yang belum menyadari pentingnya penguasaan informasi teknologi,’‘ ujarnya.

Di Indonesia, pengguna internet saat ini mencapai 25 juta orang. Dengan 40 juta pengusaha UKM di Indonesia, hanya sedikit sekali pengusaha UKM yang menguasai internet. ‘’Dari seluruh pengguna internet yang 25 juta tersebut, dipotong para golongan pengusaha dan kalangan terpelajar maka pengguna internet dari sektor pengusaha UKM lebih sedikit lagi,’‘ papar Ismail.

Menurutnya, penggunaan teknologi sangat membantu pengembangan usaha, terutama dalam menekan pos pengeluaran. Dengan membeli softwareseharga Rp 1 juta dan komputer seharga Rp 3 juta, misalnya, apabila dibagi biaya yang diperlukan dengan jangka waktu 12 bulan, akan lebih murah dibandingkan dengan menggaji karyawan untuk melakukan pembukuan selama satu tahun.

‘’Katakanlah menggaji karyawan untuk melakukan pembukuan Rp 1 juta per bulan. Maka biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih mahal. Selain itu, teknologi juga sangat berperan untuk pemasaran. Promosi melalui internet jauh lebih murah dibandingkan biaya pencetakan brosur atau pamflet,’‘ papar Ismail yang sudah bekerja di PT Zahir Internasional sejak 2004.

Pada negara-negara lain, pengembangan kualitas SDM untuk mengelola UMKM sudah jauh lebih maju dibandingkan dengan Indonesia. Pemerintah mereka mendukung terjadinya penetrasi teknologi kepada para pengusaha UMKM sehingga mereka ‘melek’ teknologi.

‘’Di Malaysia, misalnya, mereka memiliki program konkrit untuk memberikan akses internet murah kepada seluruh masyarakat. Selain itu, program wajib menggunakan piranti lunak juga banyak dilakukan di berbagai perusahaan di sana,’‘ ungkap Ismail.

Untuk saat ini Indonesia masih jauh menuju ke sana. Padahal, teknologi merupakan salah satu faktor penting untuk bersaing di dunia dan sangat membantu daya saing pengusaha Indonesia.

‘’Tanpa penguasaan teknologi, para pengusaha akan sulit bersaing dan bukan tidak mungkin kehilangan berbagai peluang,’‘ tutur Ismail. ci2 (republika.co.id)




About this entry

Posting Komentar

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2008