Hari ini :

Kredit Mikro dan UKM Harus Amanah dan Halalan Thoyiban

Harus bisa menjadi amal jariah bagi perusahaan dan mampu memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Sektor mikro dan usaha kecil menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, khususnya pengembangan perekonomian kerakyatan. Sektor ini mampu mengembangkan perekonomian wilayah, khususnya di pedesaan ( rural financial intermediary), memberi akses kepada pengusaha yang sudah feasible(usaha yang layak-Red) namun belum bankable(belum pernah mendapat pinjaman dari bank-Red), serta menjadi inkubator bisnis bagi pengusaha mikro.

Saat ini, lebih dari 90 persen usaha yang ada di Indonesia bergerak di bidang mikro dan UKM. Sehingga, kontribusi yang diberikan terhadap pendapatan negara tidak bisa dianggap remeh. Lebih dari itu, sektor ini penting karena mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, pendapatan dan kualitas hidup rumah tangga.

‘’Usaha mikro dan UKM mampu menafkahi hajat hidup orang banyak. Tak hanya kepala keluarga, namun juga seluruh anggota keluarga yang terlibat di dalamnya. Bahkan, usaha ini juga memiliki andil dalam mengurangi angka pengangguran karena mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat,’‘ ungkap Direktur Bisnis UMKM PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sulaiman Arif Arianto.

Sektor mikro dan UKM juga telah terbukti tangguh terhadap krisis ekonomi yang melanda negara-negara di dunia. Di Indonesia, ketika krisis ekonomi pada 1997/1998 sektor ini juga berperan besar. Bahkan, pada masa sekarang, saat negara maju diterpa resesi global yang merontokkan perekonomian negara adidaya, sektor mikro dan UKM Indonesia tetap kukuh dan membuktikan diri mampu bertahan. Itu karena mayoritas pelaku industri mikro dan UKM (UMKM) berorientasi pada pasar domestik.

Menarik perbankan
Hal itulah yang membuat lembaga perbankan saat ini berlomba-lomba untuk terjun ke sektor UMKM. Sektor yang sebelumnya hanya dipandang sebelah mata ini mampu menarik perhatian pihak perbankan dan lembaga keuangan. Apalagi, potensi pasar masih terbuka luas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 49 juta pengusaha UMKM, baru 19-20 jutaan pelaku usaha yang memiliki akses ke perbankan. Ini artinya, masih ada 28 juta pelaku UMKM yang belum mendapat akses ke sana. Sayangnya, belum banyak lembaga perbankan dan keuangan memiliki komitmen tinggi untuk sektor UMKM.

Melihat potensi UMKM, Bank BRI yang telah berusia 113 tahun, sejak awal mendedikasikan diri di sektor UMKM. Alih-alih mengikuti tren yang ada, Bank BRI terus konsisten membantu usaha rakyat dan mengembangkannya hingga mampu ‘naik kelas’ ke tingkat berikutnya. Karena bagi Bank BRI, usaha ini memiliki tujuan yang lebih mulia dari sekadar memberikan bantuan berupa kredit.

‘’Usaha ini adalah amanah, sehingga kami tidak hanya ingin make moneytapi juga memberikan nilai lebih bagi usaha mikro dan UKM. Karenanya, usaha yang dilakukan BRI harus bisa menjadi amal jariah bagi perusahaan dan mampu memperbaiki taraf hidup masyarakat,’‘ tegas Sulaiman.
Untuk pelaku UMKM, Bank BRI menawarkan bermacam jenis kredit, antara lain Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro, KUR Ritel, dan Kupedes Usaha.

KUR Mikro ditujukan untuk pengusaha produktif yang memiliki usaha feasiblenamun belum bankable. Jumlah kredit yang diberikan mencapai Rp 5 juta per pelaku usaha dengan jangka waktu hingga 36 bulan.

Sementara KUR Ritel ditujukan bagi individu (perseorangan atau badan hukum), kelompok, koperasi yang melakukan usaha produktif yang layak namun belum bankabledengan plafon hingga Rp 500 juta dan jangka waktu 60 bulan.

Sedangkan Kupedes Usaha memiliki plafon hingga 100 juta yang ditujukan untuk para pengusaha yang memiliki usaha yang layak dengan jangka waktu 36 bulan.

Lebih dari 80 persen
Komitmen Bank BRI untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di segmen UMKM terlihat dari pemberian porsi kredit yang mencapai lebih dari 80 persen. Sulaiman memaparkan, hingga Maret 2009, total pinjaman BRI sebesar Rp 165,226 triliun. Dari jumlah tersebut, porsi kredit UMKM mencapai 81,74 persen atau senilai Rp 135,056 triliun. Sebesar Rp 44,38 triliun di antaranya merupakan kredit mikro.

Sementara pada periode yang sama untuk penyaluran KUR mencapai lebih dari Rp 6,4 triliun yang menjangkau 1,5 juta nasabah dengan nilai non performing loan (NPL-kredit macet) hanya sebesar 1,55 persen.

Bahkan, demi menyejahterakan sektor UMKM penyaluran kredit korporasi maksimal hanya 20 persen dari total penyaluran kredit. Salah satu penyalurannya adalah untuk pembia yaan pembangunan jalan tol yang ujung-ujungnya juga untuk memudahkan akses transportasi bagi para pengusaha UMKM. Contoh lain penyaluran kredit korporasi adalah untuk pembangunan power plant(pembangkit listrik PLN) yang diharapkan mampu menyediakan sumber daya listrik untuk BRI Unit yang tersebar di pelosok daerah sehingga memudahkan pelaku UMKM melakukan transaksi perbankan.

Pendekatan komersial
Bank BRI memiliki strategi khusus dalam menangani nasabah UMKM, yaitu dengan pendekatan komersial. Dengan cara ini penangan an kredit UMKM disamakan dengan kredit komersial lainnya. Artinya, tidak ada subsidi bunga yang diberikan karena suku bunga di sesuaikan dengan kondisi pasar. Dengan prosedur yang sama dengan kredit komersial namun nilai kredit jauh berbeda, bank harus mengeluarkan overhead costyang cukup besar untuk kredit UMKM. Sehingga, bank mengenakan suku bunga lebih tinggi diban dingkan dengan korporasi.Saat ini, kata Sulaiman, suku bunga UMKM mencapai 1,15-2 persen flatper bulan. Menurutnya, ini angka terendah dibanding yang diterapkan bank-bank lainnya ‘’Tingkat suku bunga UMKM ini bukan merefleksikan risiko namun biaya yang harus ditanggung bank,’‘ tegasnya.Pendekatan komersial juga dilakukan untuk membiasakan nasabah UMKM karena Bank BRI berharap, usaha UMKM nantinya tumbuh dan berkembang menjadi usaha ritel, mene -ngah, hingga korporasi. ‘’Kami ingin tumbuh bersama sektor UMKM sesuai prinsip kami pro poor, pro growthdan pro Job. Mulai dari yang miskin, lalu berkembang menjadi korporasi sehingga bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi yang lain,’‘ paparnya.

Namun, menangani usaha UMKM bukan tanpa hambatan. Sektor mikro memiliki ke le -mahan antara lain di bidang pemenuhan as -pek administratif dan yuridis formal terkait dengan ketentuan perbankan, seperti mem -buat laporan neraca rugi-laba hingga penye dia -an aspek legal formal (perizinan) usaha.

Selain itu, lanjut Sulaiman, UMKM biasanya berupa usaha keluarga yang kurang bisa memisahkan pengeluaran pribadi dengan usaha. Kemampuan teknis usahanya juga bisa dibilang terbatas sehingga butuh bimbingan untuk menjalankan usahanya.Memahami hal itu, Bank BRI membantu nasabah menguruskan hal tersebut. Mulai dari membantu membuatkan laporan neraca rugi laba, membantu advis perizinan, hingga memberikan bimbingan tentang hal-hal yang dibutuhkan di dalam bisnis nasabah. Untuk itu, Bank BRI akan terus mening kat -kan kompetensi SDM-nya, agar tidak hanya ber tindak sebagai loan officernamun juga sebagai penasihat dan pembimbing bagi usaha mikro binaannya.Selain itu, Bank BRI juga akan menambah jumlah SDM dan outletBRI Unit untuk melayani nasabah UMKM. Inovasi produk mikro juga akan terus dilakukan seiring dengan pengembangan teknologi informasi (TI) untuk mendukung pelayanan sektor UMKM. (mth/republika.co.id)

About this entry

Posting Komentar

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2008